RSS

Kamis, 07 Juli 2011

Lima Kali Yang Terlupakan


Sore yang mendung tapi belum tentu akan turun hujan. Saya seperti biasanya, kebiasaan/rutinitas sore menjelang Magrib duduk di beranda rumah sambil baca koran harian lokal. Dan, sesekali terlibat perbincangan dengan Ibu kost yang juga membaca buku.

Lembar demi lembar pun terlalui. Hati saya bergetar setelah membaca salah satu rubrik yang memuat pencerahan agama Islam. Mengulas topik ‘Arti Panggilan Adzan’ yang ditulis oleh Ustadz Sayhril Wanda Putra.

Menurut Said Jibair, bahwa Ibnu Abbas seringkali menangis ketika mendengar adzan, sampai-sampai sorbannya basah oleh air mata.

Ketika ada yang menanyakannya mengapa begitu ?. Ibnu Abbas menjawab “Seandainya semua orang tahu makna seruan muadzin itu, pasti tidak akan dapat beristirahat dan tak akan dapat tidur nyenyak”.

Selanjutnya Ibnu Abbas menjelaskan, makna satu persatu dari kalimat adzan tersebut.

*Seruan ‘Allohu Akbar’ mengandung makna seakan-akan ada kalimat ‘Wahai sekalian manusia yang sedang sibuk mengurusi harta duniawi, berhentilah sejenak. Sambutlah seruan ini. Istirahatkanlah badanmu dan segeralah beramal baik demi kepentingan dan keuntungan dirimu sendiri”.

*Seruan ‘Asyhadu anlaa ilaaha illallaah’ seakan-akan muadzin berkata ‘Aku mohon persaksian semua masyarakat langit dan bumi, bagiku di sisi Allah kelak di hari kiamat bahwa aku telah menyeru kalian !’.

*Seruan ‘Asyhadu anna muhammadan rosulullah’ seakan-akan muadzin berkata ‘Aku mohon persaksian dari para Nabi (khususnya) Muhammad SAW, kelak di hari kiamat, bahwa aku telah memberi tahu kepada kalian setiap hari lima kali !’.
*Seruan ‘hayya alaash sholaa’ seakan-akan muadzin berkata ‘Sungguh Allah telah telah menegakkan shalat bagi kalian maka tegakkanlah shalat itu’.

*Seruan ‘hayya alal falaah’ seakan-akan muadzin berkata ‘Masuklah kalian dalam rahmat dan peganglah petunjuk-petunjuk bagimu !’.

*Seruan ‘Allohu Akbar’ seakan-akan muadzin berkata ‘Segala pekerjaan (urusan duniawi) terlarang bagimu, sebelum kamu melaksanakan shalat’.

Dan, *Seruan ‘Laa ilaaha illaallaah’ seakan-akan muadzin berkata ‘Inilah amanat tujuh lapisan bumi dan langit, sudah berada di pundakmu, maka terserah kalian, akan kau laksanakan atau tidak’.

Namun hal-hal seperti ini jarang kita pikirkan.

Apakah karena sudah terlalu sering atau terlalu biasa di telinga kita sehingga kita mengabaikannya. Sampai tak ada sedikit getar pun saat mendengarkan Adzan. Yah… lima kali sehari semalam kita diingatkan. Untuk meluangkan waktu + 15 menit untuk bermunajat kepada-Nya.

Marilah kita menata kembali hal-hal yang terlalaikan. Menuju sesuatu yang lebih baik.