RSS

Senin, 03 Oktober 2011

HELEN KELLER

“Jangan pernah mau menyerah pada nasib”

Helen Keller lahir di Tuscumbia, Amerika pada tanggal 27 Juni 1880. Ketika berusia 19 bulan ia menderita sakit panas yang menyebabkan ia kehilangan pendengaran dan penglihatan. Karena tidak bisa mendengar dan melihat, Helen tak mampu meniru perkataan orangtuanya sehingga kemampuan berbicaranya terbatas. Akibatnya dia mudah marah dan tak bisa menguasai emosi. Suatu hari, dia marah besar bahkan melempar adiknya yang masih bayi ke tanah, untung ibunya segera datang. Setelah mengalami peristiwa mengerikan, orang tua Helen memutuskan mengundang guru ahli untuk mendidiknya. Sesudah melalui proses yang panjang akhirnya mereka mendapat seorang guru privat, Nona Anne Sullivan.

Kedatangan Bu Sullivan mendapat sambutan kurang baik dari Helen, sehingga terjadi sedikit keributan. Karena cacat, maka kebiasaan makan Helen sangat buruk, yaitu makan dengan tangan sambil berjalan mondar mandir seperti anjing kecil. Bu Sullivan bertekad mengubah kebiasaan jelek ini. Setelah berupaya keras, dia berhasil mengajarkan cara makan yang benar pada Helen yang manja. Dalam proses mendidik Helen, sering Bu Sullivan tidak sepaham dengan orang tua Helen karena mereka sering ikut campur. Karena itulah Bu Sullivan minta izin tinggal di berdua saja dengan Helen di rumah kecil yang berjarak kira-kira 500 m dari rumah orang tua Helen.

Pada awalnya Helen berontak karena tidak terbiasa. Setelah Bu Sullivan mengajarkan berbagai prakarya yang menarik, Helen merasa senang sehingga semua rasa permusuhan lenyap. Lambat laun, Helen tidak saja bisa membuat kalung dari manic-manik tetapi juga bisa membuat syal. Karena Helen senang permainan dengan jari, akhirnya Bu Sullivan mengajarkan bahasa isyarat.

Kendati telah belajar banyak perbendaharaan kata tapi Helen sama sekali tidak mengetahui artinya, dia menganggap semua ini hanyalah permainan belaka. Hingga pada suatu hari saat Bu Sullivan mengajak Helen berjalan-jalan, mereka mendekati pompa air. Saat Helen meraba air yang dingin dan Bu Sullivan menulis kata ‘air’ di tangannya, barulah Helen menyadari bahwa semua benda yang ada di dunia ini memiliki nama. Asal mengetahui namanya, maka dia bisa komunikasi dengan orang lain. Mengetahui hal ini, Helen amat gembira lalu dia berusaha keras belajar. Bu Sullivan sangat puas mengetahui kemajuan Helen.

Setelah beberapa waktu Bu Sullivan memutuskan untuk membawa Helen ke Boston untuk menerima pendidikan formal. Mereka menuju ke bekas sekolah Bu Sullivan yaitu sekolah Perkins. Karena disini banyak murid buta tuli, dengan gembira Helen berbicara dengan bahasa isyarat pada teman-temannya.

Saat liburan musim panas Bu Sullivan mengajak Helen bermain di pantai sedangkan waktu liburan musim dingin, mereka pergi ke gunung bermain kerata luncur dan membuat orang-orang dari salju. Selain senang bermain, Helen juga serius dalam pelajaran. Berturut-turut dia belajar ilmu bumi, sejarah, tata bahasa, matematika dan lain-lain.

Tahun 1890, Bu Sullivan membawa Helen menemui seorang guru yang mengajar di sekolah tuna netra dan rungu. Nona Sarah, Bu Sarah melatih Helen berbicara. Helen tidak saja serius ketika diajari, di rumah dia juga rajin berlatih, sehingga saat pulang dia berhasil berbicara seperti orang biasa dan membuat kedua orangtuanya sangat terharu.

Setelah belajar bicara, Helen belajar lebih giat untuk mewujudkan cita-citanya masuk Perguruan Tinggi. Setelah melewati perjalanan panjang yang sulit, tahun 1900 dia berhasil lulus tes dan kuliah di Harvard. Empat tahun kemudian Helen berhasil lulus dengan nilai memuaskan. Helen juga menjadi orang buta tuli pertama di dunia yang lulus di Perguruan Tinggi.

Sejak itu Bu Sullivan menemani Helen berceramah di berbagai tempat, mencari dana buat orang-orang cacat. Tahun demi tahun, mereka telah mengelilingi hampir seluruh Amerika. Akibat terlalu lelah, Bu Sullivan jatuh sakit dan meninggal pada 20 Oktober 1936. Meski dengan kesedihan yang mendalam Helen tetap semangat berceramah demi kesejahteraan orang-orang cacat di dunia.

Tahun 1945, berbagai Negara di seluruh dunia mulai membuat Undang-undang perlindungan terhadap orang-orang cacat. Ini adalah sebuah perjuangan Helen. Helen Keller meninggal dunia pada tanggal1 Juni 1968 di usia 87 tahun.

Dari Seri Tokoh Dunia ‘Helen Keller’

************Seorang yang punya kekurangan tapi tak merasa terbatasi untuk berbuat yang terbaik untuk dirinya, lingkungannya, dan dunia terutama bagi yang memiliki khususan. Dengan sebuah cita-cita “Masyarakat mau menghargai orang-orang cacat”.

Trus, bagaimana dengan kita yang dianugrahi panca indra normal, apa yang telah kita perbuat untuk orang lain ?. Cabalah kita merenung sejenak dari cerita di atas….

Menjelang siang di kantor