RSS

Rabu, 09 Februari 2011

Belajar Sabar Dari Nabi Ayub AS

Nabi Ayub adalah sosok manusia yang sangat sabar. Kesabarannya sangat luar biasa dalam menerima ujian yang diberikan Allah. Kesabaran Nabi Ayub telah mendapat legitimasi langsung dari Allah SWT, pada ayat di bawah ini :

Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)” [QS. Shad (38) : 44]

Nabi Ayub adalah seorang yang taat beribadah kepada Allah. Beliau dikaruniai harta kekayaan yang melimpah. Namun hal itu tidak membuatnya sombong. Justru, beliau semakin tekun beribadah. Beliau sering mambantu orang-orang yang membutuhkan. Beliau juga seorang yang pandai bersyukur dan selalu menghiasi lisannya dengan zikir.

Hal ini membuat iblis panas. Tidak tidak senang melihat ketaatan Nabi Ayub. Ia bertekad akan menggoda Nabi Ayub. Kemudian iblis menghadap Allah. Ia meminta izin untuk menggoda dan menguji Nabi Ayub. Allah mengabulkan permohonan iblis. Allah bermaksud menjadikan Nabi Ayub sebagai teladan bagi umat manusia.

Iblis pun mengumpulkan anak buahnya untuk menggoda Nabi Ayub. Mereka menyusun rencana agar dapat menggelincirkan Nabi Ayub. Iblis dan anak buahnya melancarkan aksi pertamanya. Mereka memusnahkan harta kekayaan Nabi Ayub. Dalam waktu singkat, seluruh hewan ternak Nabi Ayub mati terkena penyakit aneh.

Kemudian, menyusul kebun-kebun milik Nabi ayub. Seluruh tanaman yang ada didalamnya mati mengering. Buah-buahan membusuk dan berjatuhan. Tidak lama berselang, giliran rumah-rumah milik Nabi Ayub yang dimusnahkan iblis. Semuanya hangus terbakar tanpa sebab yang jelas.

Nabi Ayub menyikapi ujian yang menimpanya dengan sabar. Beliau sama sekali tidak mengeluh. Apalagi menggugat kepada Allah. Beliau menyadari bahwa semua yang ada padanya adalah milik Allah. Nabi Ayub semakin taat beribadah kepada Allah.

Hal ini membuat iblis kecewa. Tadinya, ia mengira Nabi Ayub akan marah dan menggugat Allah karena harta kekayaannya tidak dilindungi-Nya. Rupanya, harapan iblis hanya angan kosong.

Iblis tidak menyerah. Ia menyamar menjadi seorang kakek tua dan mendatangi Nabi Ayub. Ia bermaksud menggoda Nabi Ayub.

“Wahai Ayub, kasihan sekali nasibmu. Dalam sekejab kau menjadi miskin. Padahal kau rajin beribadah. Mengapa Tuhanmu tidak menolongmu sedikit pun. Lantas, buat apa kau menyembah-Nya” hasut iblis.

“Semuanya datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Saya bersyukur telah merasakan karunia-Nya selama ini” ujar Nabi ayub.

Iblis kecewa. Usahanya sia-sia. Tapi, ia tidak menyerah. Ia kemudian menjalankan rencana kedua. Iblis dan anak buahnya membunuh anak-anak Nabi Ayub. Saat itu, anak-anak Nabi Ayub sedang berada disebuah rumah pengungsian. Iblis dan anak buahnya merobohkan rumah itu. Semua anak Nabi Ayub tewas tertimbun reruntuhan bangunan.

Iblis kembali datang kepada Nabi Ayub untuk menghasut. Kali ini dengan menyamar menjadi kenalan Nabi Ayub.

“Hai Ayub malang nian nasibmu. Semua hartamu telah ludes. Kini giliran anak-anakmu mati. Rupanya Tuhanmu benar-benar tidak memedulikanmu lagi. Sudah berpaling saja dari-Nya. Percuma kau menyembah-Nya. Toh Dia tidak menolongmu” hasut iblis.

“Sesungguhnya anak-anakku adalah milik Allah. Jika Dia berkehendak mengambil-Nya, itu adalah hak-Nya. Saya tetap bersabar dan bersukur” tutur Nabi Ayub.

Iblis benar-benar jengkel. Usahanya kembali gagal. Namun, ia belum menyerah. Ia kembali melaksanakan aksi selajutnya. Kali ini Nabi Ayub sendiri yang menjadi sasarannya. Iblis memerintahkan anak buahnya untuk menaburkan bermacam-macam kuman penyakit ke sekujur tubuh Nabi Ayub. Kuman-kuman itu segera bekerja menebarkan virusnya. Tiba-tiba, Nabi Ayub diserang berbagai penyakit.

Seluruh persendian tulangnya terasa remuk. Badannya panas dingin. Dadanya terasa sesak dan sakit. Disusul dengan batuk-batuk yang mengeluarkan darah. Kemudian, semua kulitnya dipenuhi oleh bintik-bintik merah. Tidak lama kemudian berubah menjadi koreng yang menjijikkan. Menyebarkan bau yang tak sedap.

Akhirnya, penyakit itu benar-benar melumpuhkan Nabi Ayub. Beliau hanya berbaring di tempat tidur. Semua kebutuhannya dipenuhi oleh istrinya yang setia, Rahma. Namun, Nabi Ayub tetap bersabar. Beliau tetap beribadah kepada Allah meski dalam kondisi sakit sekalipun.

Pada mulanya masyarakat simapti dengan ujian yang menimpa Nabi Ayub. Tapi, berangsur-angsur mereka mulai menjauh. Bahkan, mereka mengusir Nabi Ayub dan istrinya dari kampungnya. Mereka khawatir tertular oleh penyakit Nabi Ayub.

Dengan penuh kesabaran, Rahma menggendong Nabi Ayub pergi meninggalkan kampung halamannya. Sebenarnya, Nabi Ayub telah memberikan kebebasan kepada Rahma jika ingin meninggalkannya. Namun, Rahma memilih tetap setia mendampingi Nabi Ayub.

Untuk mempertahankan hidup, Rahma menjual perhiasan miliknya yang masih tersisa. Ketika perhiasannya habis, ia rela bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan suaminya. Mereka senantiasa bersabar menghadapi ujian tersebut. Mereka tetap taat beribadah kepada Allah.

Melihat hal itu, iblis kecewa berat. Usahanya menemui jalan buntu. Ia tidak tahu lagi bagaimana harus menggoda Nabi Ayub. Segala cara telah dikerahkannya. Namun, tidak berhasil menggoyahkan keimanan Nabi Ayub.

Kian hari, penyakit Nabi Ayub kian parah. Tidak terasa telah tujuh tahun Nabi Ayub sakit parah. Selama itu pula Rahma setia mendampingi dan merawat Nabi Ayub.

Suatu hari, Rahma mengusulkan kepada suaminya agar berdoa memohon kesembuhan kepada Allah. Ia tidak tega melihat kondisi suaminya yang semakin payah. Namun, Nabi Ayub menolaknya. Beliau merasa malu untuk memohon kesembuhan. Beliau baru sakit selama tujuh tahun. Sementara beliau telah merasakan kesehatan dan kekayaan yang dianugrahkan kepadanya selama delapan puluh tahun.

Akhirnya, Nabi Ayub memohon kepada Allah agar disembuhkan dari penyakitnya (baca QS. Al-Anbiya [21] : 83). Allah berkenan menyembuhkan Nabi Ayub. Allah memerintahkan Nabi Ayub agar menghentakkan kakinya ke tanah. Kemudian, terpancarlah air. Allah menyuruh Nabi Ayub agar mandi dan minum dengan air itu (baca QS. Shad [38] : 42).

Nabi Ayub pun mandi dan meminum air itu. Seketika, penyakitnya sembuh. Badannya telah sehat kembali. Wajahnya pun nampak lebih segar dan berseri.

Bukan hanya sembuh dari penyakitnya, Nabi Ayub juga dikaruniai oleh Allah anugerah yang besar atas kesabarannya dalam menghadapi ujian. Nabi Ayub kembali dianugrahi kekayaan dan keturunan seperti sedia kala. Bahkan, lebih banyak dari sebelumnya. Nabi Ayub hidup bahagia bersama anak dan istrinya. Beliau bersyukur dapat melalui ujian yang diberikan Allah dengan baik.

Demikian kisah Nabi Ayub. Sosok manusia yang sangat sabar. Sejatinya, kisah Nabi Ayub di atas menjadi teladan bagi kita agar senantiasa bersabar menghadapi segala ujian dan kesulitan. Sebab, kesabaran akan membuahkan kebaikan dan kenikmatan.

*Cara Nyata Mempercepat Pertolongan Allah*
M. Syafi’ie el-Bantanie

0 komentar:

Posting Komentar