RSS

Senin, 09 Mei 2011

Bejana Yang Retak


Pernah satu ketika saya dipinjami buku oleh kawan saya. Setelah dibaca sampai habis. Saya begitu berkesan dengan satu ‘cerita’ di dalamnya. Sekarang saya ingin membagikan cerita itu kepada rekan-rekan sekalian.

Cerita itu berjudul “Bejana Yang Retak” karya Willy Mc Namara dalam buku Chicken Soup For The Unsikable Soul.

*****Bejana Yang Retak*****

Seorang kuli pengangkut air di India bertugas melayani majikannya dengan mengambilkan air dari sungai ke rumah sang majikan. Ia mengangkut air dalam dua buah bejana yang digantungkan pada sebatang tongkat pemikul yang dipikul pada pundaknya.

Salah sebuah bejana itu retak pada bagian pinggirnya; sedangkan bejana yang lain masih sempurna. Bejana yang sempurna selalu masih penuh dengan air setiap kali tiba di rumah, sedangkan bejana yang retak meneteskan air di sepanjang jalan dari sungai ke rumah sehingga isinya tinggal separo setiap kali tiba di rumah.

Tak terasa dua tahun telah berlalu. Setiap hari pengangkut air itu mengantarkan satu bejana penuh air dan satu bejana berisi separo ke rumah majikannya. Tidak mengherankan bila bejana yang penuh merasa bangga dengan pengabdian yang telah diberikannya, yang sempurna sampai akhir. Sebaliknya bejana yang retak merasa tidak bahagia; malu karena ketidaksempurnaannya, sedih karena hanya dapat mengantarkan air separo dari yang semestinya.

Karena merasa tidak sanggup menanggung rasa bersalahnya, sang bejana retak pada suatu hari memutuskan mengadu kepada sang pemikul air. “Aku malu sendiri” katanya. “Aku ingin meminta maaf kepadamu”

“Tapi untuk apa ?” tanya sang pemikul air

“Karena selama dua tahun ini” cerita sang bejana, “Retak pada bagian sampingku menyebabkan air menetes di sepanjang jalan menuju rumah majikan kita, dan aku hanya dapat mengantarkan air separo dari yang seharusnya. Kau telah bersusah payah mengangkut aku dari sungai ke rumah majikan setiap hari, tetapi karena ketidaksempurnaanku, kau tidak mendapatkan nilai penuh dari usahamu”, keluh bejana yang sedang bersedih itu

Dengan ramah, pemikul air itu berkata kepada bejana yang malang, “Kalau nanti kita kembali ke rumah majikan hari ini, coba perhatikan bunga-bunga indah yang ada di sepanjang jalan”.

Waktu sang pemikul dan kedua bejananya kembali mendaki bukit, sang bejana tua yang retak melihat bunga-bunga liar berderet di sepanjang jalan, cahaya matahari memperindah penampilan mereka, sedangkan angin sepoi-sepoi membuat mereka berayun-ayun dengan anggun. Akan tetapi setiba di rumah, bejana yang retak itu masih saja merasa kecewa karena telah menumpahkan separo isinya, dan sekali lagi meminta maaf kepada sang pemikul atas kegagalannya.

Tetapi, sang pemikul berkata kepada bejana itu,  “Tidakkah kau memperhatikan bahwa bunga-bunga yang indah itu hanya ada pada sisi yang kau lewati ? karena aku sadar tentang ‘kekuranganmu’, aku sengaja menanam bunga pada sisi jalan yang kau lewati dan ketika setiap hari aku memikul kalian dari sungai, kau selalu mengairi bunga-bunga itu. Itu sebabnya setiap hari aku dapat memetik bunga-bunga indah untuk memperindah meja majikan kita. Andaikata bukan kau yang kupakai untuk mengangkut air, kita tidak dapat mempersembahkan indahnya ciptaan Tuhan ini kepada majikan kita”.

Kita boleh malu dengan kekurangan yang  kita miliki. Tapi kita jangan pernah lupa bahwa kekurangan itu selalu disertai dengan kelebihan. Sederhananya ‘kekurangan itu bersanding dengan kelebihan’. Dibalik kekurangan yang kita miliki kita masih punya kelebihan yang terkadang tidak kita sadari karena selalu sibuk dengan kekurangan yang kita miliki. Merasa kecewa dengan apa yang ada.

Seperti ‘bejana yang retak’ di atas. Bejana begitu kesal dengan apa yang ada pada dirinya. Dan, tak pernah menyadari bahwa ‘retak’ kekurangan yang dirasakannya telah membawa kehidupan baru pada bunga-bunga di sepanjang jalan yang mereka lalui. Selanjutnya bunga-bunga yang telah mekar itu menjadi hiasan di rumah majikan mereka.

Kekurangan yang membawa berkah pada kehidupan yang lain. Itulah kelebihan yang dimiliki bejana yang retak yang belum tentu dimiliki oleh bejana yang sempurna. Tak selamanya ‘retak’ itu membawa bencana.

Kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki sudah sepatutnya disyukuri. Bagaimana pun juga tak ada yang sempurna di dunia ini. Berlapang dadalah dengan kekurangan yang dimiliki karena kekurangan itu selalu seimbang dengan kelebihan. Tuhan pun Maha Adil dalam mencipta dan menakar komposisi yang tepat pada setiap ciptaan-Nya.

Jadi syukurilah apa yang dimiliki, kekurangan dan kelebihan adalah salah satu warna dalam pelangi kehidupan. Jangan sesali kekuranganmu karena ‘kurang itu yang membawa lebih’

Menurut saya ‘kekurangan itu adalah kelebihan yang tersembunyi’

Bagaimana pendapatmu Fren……

0 komentar:

Posting Komentar